Pengalaman Vaksin Pertama dengan Aplikasi JAKI



FairusMajid.com - Sahabat sudah mendapatkan vaksinnya? Jika belum, segera lakukan vaksinasi. Mengapa vaksin? Baiklah saya jelaskan alasannya...

Percaya pada vaksin

Ya... Awalnya saya juga berpikir, untuk apa vaksin itu? Virusnya belum hilang. Dia juga masih terpapar virus. Sejak Gubernur DKI Jakarta menelepon channel YouTube-nya untuk menjelaskan dan menanyakan tentang vaksin di wilayah Jakarta DKI, saya berubah pikiran bahwa saya menolak vaksin dan sekarang dia divaksinasi.

Pak Lipp berhasil meyakinkan saya untuk segera divaksinasi di video YouTube-nya. Ini bukan hanya masalah kesehatan, Park Gab juga menjelaskan tentang herd immunity di Jakarta: jika kita mencapai target jumlah orang yang divaksinasi, kita bisa kembali beraktivitas normal dengan protokol kesehatan atau masker.

Selain itu, semua warga yang bekerja di DKI Jakarta milik Pak Guber harus divaksinasi. Setelah 2 poin kesehatan yang Anda jelaskan yang membuat saya nyaman. Terlepas dari pro dan kontra dari vaksin, saya berharap untuk kembali normal sesegera mungkin, jadi saya memilih vaksin.

Proses Penelitian Vaksin

Di Jakarta, vaksin tersedia secara offline/online. Kalau mau keluar jaringan bisa ke puskesmas/kelurahan/tempat yang menyediakan vaksinasi gratis.

Untuk online, Anda dapat mendaftar melalui aplikasi JAKI, yang dapat Anda unduh dari Playstore dan Appstore.

Ok... kembali ke cerita proses penemuan vaksin.

Setelah Pak Gub menjelaskan tentang vaksin kepada saya, saya mulai mencari tempat untuk mendaftar vaksin, di mana saya memutuskan untuk pergi ke puskkesmas dan tempat vaksinasi terdekat dan keluar dari jaringan. Ternyata saat ingin booking bidikan offline harus mengambil nomor antrian dan rata-rata banyak orang yang mengambil kamar setelah matahari terbit dan akhirnya tidak mendapatkan nomor antrian. Mungkin tempat saya, yang penuh dengan vaksin, mengalami kegagalan pada hari saya divaksinasi.

Hari kedua...

Karena saya sudah tahu bahwa saya harus mendapatkan nomor baris dari matahari terbit, saya memilih metode online menggunakan aplikasi JAKI. Saya mengikuti langkah-langkah untuk merekam bidikan saya sampai saya mendapatkan jadwal bidikan saya.

Saya pergi ke titik vaksinasi sesuai dengan jadwal yang diterima melalui aplikasi JAKI, sayangnya sesampainya di titik vaksinasi saya ditolak masuk karena kuota sudah penuh dan saya kembali keesokan harinya. Saya diminta untuk pulang meskipun ditunjuk untuk posisi ini dan tanpa penyelidikan atau pertanyaan sebelumnya. Dan kecuali yang ditulis oleh Zaki.

Dan saya tidak bisa memvaksinasi ulang...

Ditolak di situs vaksinasi yang disediakan oleh JAKI, saya memberanikan diri untuk mencari informasi di situs vaksinasi lain dan akhirnya menemukannya di Pasar Jaya Cijantung. Di pasar, saya akhirnya diberi nomor ekor dan divaksinasi. Saat itu proses vaksinasi berlangsung sekitar 3 jam dengan drama banyak tetangga yang juga ingin divaksin.

Tips Aplikasi JAKI

Menurut saya sistemnya bagus, otomatis proses pendataan dan pengisian formulir pendaftaran, tidak perlu capek-capek mengisi formulir secara manual.

Tapi sayang, kalau tidak berfungsi dengan baik...mungkin hanya saya atau teman-teman yang lain, sepertinya sudah direncanakan dan ditolak bukannya pergi ke situs dan bilang kuota penuh. Akhirnya manual lagi.

Harapannya, setiap tempat imunisasi yang terdaftar di JAKI akan memiliki pelatihan untuk staf lapangan atau perwakilan JAKI di masa depan.


0 Response to "Pengalaman Vaksin Pertama dengan Aplikasi JAKI"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel